“Berbahagialah orang yang tidak berjalan
menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,” Mazmur 1 : 1. Kata Berbahagia dalam ayat tersebut tidak
berbicara tentang kebahagiaan pesta perkawinan dan juga tidak berbicara tentang
kebahagiaan orang yang mengalami kematian di dalam Tuhan. Tetapi kata “Bahagia”
di sini berasal dari bahasa Ibrani yaitu “Asyer” yang memiliki arti orang yang bisa
mengendalikan diri. Saat kita bisa mengendalikan diri kita maka kita akan
mendapatkan kebahagiaan. Kendalikan amarah, hawa nafsu, ego, dan hal-hal yang
lain yang ada dalam hidup ini. Saat suami dan istri bisa mengendalikan diri
mereka masing-masing dalam keluarga maka akan tercipta keluarga yang bahagia.
Tuhan
mengajarkan kita untuk bisa mengendalikan diri kita. Ukuran kebahagiaan
digambarkan seperti dengan pengendalian diri seorang prajurit. “Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa
ini adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau.”
Yesaya 9 : 15. Kata mengendalikan di sini juga memakai kata asyer dalam bahasa
Ibraninya. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa sering terjadi persoalan di
bangsa kita? Itu semua disebabkan karena orang yang diharapkan bisa menjaga
kesatuan bangsa ini tidak bisa mengendalikan diri mereka. Kalau seorang
pemimpin dalam suatu bangsa, dalam suatu rumah tangga dan pemimpin-pemimpin
yang ada tidak bisa mengendalikan diri mereka maka akan terjadi kekacauan di
tempat mereka memimpin.
Apa
yang menguasaimu hari-hari ini, kendalikan itu semua, kendalikan keinginanmu
dan serahkan semua kepada Tuhan dan biar
Tuhan yang mengendalikan hidupmu. Ukuran yang dipakai Tuhan adalah pengendalian
diri seorang prajurit. Kalau kita berbicara seorang prajurit, prajurit
berbicara tentang seseorang yang berada dalam sebuah institusi yang memiliki
seragam yang sama dan berada dalam satu kesatuan. Prajurit seperti apakah yang
dimaksud Tuhan?
1.
Prajurit yang tidak berjalan menurut nasihat
orang fasik.
“Berbahagialah
orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik…” Siapakah yang
dimaksud orang fasik dalam Firman Tuhan ini? Kata Fasik dalam ayat tersebut
memakai kata “Rasya” dalam bahasa Ibrani. Orang Fasik berbeda dengan orang kafir.
Orang Kafir adalah orang yang tidak percaya Yesus sebagai Tuhan. Tetapi orang
fasik adalah orang yang sama dengan kita, mamakai seragam yang sama seperti
prajurit tapi tidak pernah menghargai hadirat Tuhan atau otoritas pimpinan. “Tetapi orang yang fasik tidak akan beroleh
kebahagiaan dan seperti bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia
tidak takut terhadap hadirat Allah.” Pengkhotbah 8 : 13. Di dalam kitab
Pengkhotbah orang fasik adalah orang yang tidak menghargai hadirat Allah. Ada
di rumah Tuhan tapi tidak takut dengan hadirat Allah. Di dalam pekerjaannya juga
orang fasik tidak takut dengan hadirat Allah sehingga ia berbuat seenaknya saja
dalam pekerjaannya. Mazmur 37 : 21. “Orang
fasik meminjam dan tidak membayar kembali, tetapi orang benar adalah pengasih
dan pemurah.” Orang fasik juga diartikan sebagai orang yang tidak
bertanggung jawab saat punya hutang. Orang seperti ini pasti tidak akan
mendapat kebahagiaan.
2.
Prajurit yang tidak berdiri di jalan orang
berdosa.
“ … yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa,…” Orang yang berdosa adalah orang yang tidak
punya tujuan hidup. Baik tujuan dalam kuliah, tujuan dalam berpacaran atau pun
tujuan dalam berumah tangga. Kita harus memiliki tujuan saat melakukan sesuatu.
Orang yang tidak mempunyai tujuan dalam hidupnya akan membuat kekacauan. Jika
kita ingin bahagia miliki tujuan dalam hidup ini. Jika seorang prajurit tidak
mempunyai tujuan maka prajurit tersebut akan membuat kekacauan.
3.
Prajurit yang tidak duduk dalam kumpulan
pencemooh.
“…dan
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” Apakah yang dimaksud dengan
pencemooh? “Orang yang kurang ajar dan
sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga.”
Amsal 21 : 24. Awal cemooh adalah sikap hati yang kurang baik. Diawali dengan
sikap angkuh yang tak terhingga. Jangan mersa kuat dan sombong dalam hidup ini.
Jangan merasa lebih dari orang lain sehingga kita meremehkan orang lain. Orang
pencemooh biasanya merasa dirinya paling sempurna. Perlu diingat kesempurnaan
berawal dari ketidak sempurnaan. Kesempurnaan berfungsi untuk menutupi yang
tidak sempurna. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Yesus datang ke dunia
untuk orang yang tidak sempurna.
“tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat
itu siang dan malam.” Mazmur 1 : 2. Jadikan
Taurat Tuhan sebagai kesukaan kita dan renungkanlah itu siang dan malam.
Jadikan Firman Tuhan sesuatu yang berharga dalam hidup kita. Karena sesuatu
yang berharga tidak pernah kita lepaskan dalam hidup kita. Seperti halnya anjing
yang menggigit mangsanya, ia tidak akan melepaskan mangsanya sampai ia mati. “Sebab beginilah firman TUHAN kepadaku:
Seperti seekor singa atau singa muda menggeram untuk mempertahankan mangsanya,
dan tidak terkejut mendengar teriakan seluruh pasukan gembala yang dikerahkan
melawan dia, dan tidak mengalah terhadap keributan mereka, demikianlah TUHAN
semesta alam akan turun berperang untuk mempertahankan gunung Sion dan
bukitnya.” Yesaya 31 : 4.
Merenungkan di ibaratkan seperti menggeram. Jadi saat orang merenungkan
Firman Tuhan maka Firman Tuhan itu tidak akan dilepaskan apa pun yang terjadi.
Saat kita merenungkan Firman
Tuhan maka seperti dalam Mazmur 1 : 3. “Ia
seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”
Buah menggambarkan keturunan kita dan daun menggambarkan bahwa kita tidak akan
dipandang rendah. Menghasilkan di sini memakai kata “Nathan” yang memiliki arti
dilantik untuk menerima kekuasaan. Tuhan akan melantik keturunan kita lebih
dari kita. Terus renungkan Firman Tuhan siang dan malam maka keturunan kita
akan terus dilantik dan diberkati Tuhan. Apa yang kita lakukan hari ini
menentukan masa depanmu.