Senin, 22 Februari 2016

Hadirat Allah



Segala sesuatu diciptakan Allah dan segala sesuatu ada untuk kemuliaan Allah. Allah bisa melakukan segala sesuatu tetapi satu hal saja yang tidak bisa dilakukan Tuhan Allah yaitu menyembah dirinya sendiri.  Oleh sebab itu Allah mencari penyembah dan pemuji yang benar. “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Mazmur 22:4. Allah bersemayam di atas puji-pujian umatnya. Lewat puji-pujian yang kita naikan di hadapan Tuhan mujizat bisa terjadi. Selain bertahta di atas puji-pujian, Yesaya mengatakan bahwa Allah bersemayam di hati-hati yang hancur dan rapuh. “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” Yesaya 57:15.
                Hadirat Allah sangat dasyat dan membuat setiap kita tidak tahan untuk berdiri. “Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” 2 Tawarikh 5:13-14. Saat hadirat Allah turun setiap imam-imam tidak tahan berdiri dan tersungkur di hadapan Allah. Saat hidup kita benar dan kita tinggal dalam kekudusan, kita bisa menghadirkan hadirat Allah lewat setiap pujian dan penyembahan kita.
                Allah kita adalah Allah yang Maha Hadir. “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.” Mazmur 139:6-10. Kita tidak bisa lari dari hadirat Tuhan. Karena Tuhan kita maha hadir di segala tempat. Ingat dimanapun kita berada disitu ada Tuhan. Perhatikan sikap kita dan biarkan Tuhan mendapati kita sempurna dimanapun kita berada.
                Allah juga hadir dimana ada dua tiga orang berkumpul di dalam namaNya. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Matius 18:20. Dua tiga orang ini berbicara juga tentang sebuah keluarga dimana terdapat suami, istri dan anak. Allah akan hadir di tengah-tengah keluarga saat ada kesatuan antara keluarga. Iblis mulai merusak hubungan  keluarga-keluarga Kristen hari-hari ini, oleh sebab itu jaga keluarga kita dan usahakan ada pemulihan yang terjadi di tengah-tengah keluarga kita. Kehadiran Allah juga dinyatakan secara umum seperti kisah tiang awan dan tiang api yang menyertai bangsa Israel. Saat tiang awan atau tiang api bergerak maka berjalanlah bangsa Israel tetapi saat tiang itu berhenti, berhentilah mereka. Tiang awan dan tiang api adalah lambang hadirat Tuhan yang menyertai bangsa Israel. Hal seperti itu pun bisa terjadi di tengah-tengah keluarga kita dan di dalam kehidupan kita. Bagaimana kita bisa mengalami hadirat Tuhan, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan:
1.       Berdiam Diri
“"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela” Mazmur 46:11-12. Agar kita mengalami hadirat Tuhan dalam hidup kita, berdiam dirilah ditengah-tengah kesibukan kita. “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7. Berdiam dirilah dan datanglah kehadirat Tuhan agar kita mengalami hadirat Tuhan.
2.       Berbicara di Dalam Doa
Setelah berdiam diri, berbicaralah di dalam doa kepada Tuhan. Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dan Tuhan. Tidak hanya kita saja yang aktif berbicara tetapi ada waktunya kita diam untuk mendengar suara Tuhan. Berdoalah jangan fokus kepada diri sendiri. Seperti halnya genggaman tangan. Saat kita menggenggam tangan, ibu jarilah yang dekat dengan kita, ibu jari mengingatkan kita untuk berdoa kepada orang-orang yang dekat dengan kita yaitu keluarga kita. Jadi pertama berdoa buat keluarga kita, setelah itu jari telunjuk, jari telunjuk berbicara tentang guru-guru dan pengajar yang ada. Baik itu guru-guru yang telah berjasa kepada kita maupun hamba-hamaba Tuhan yang mengajarkan kita kebenaran rohani kita. Setelah itu jari tengah, jari tengah berbicara tentang otoritas tertinggi yaitu pemimpin rohani kita, gembala dan hamba-hamba Tuhan yang lain dan juga pemimpin-pemimpin bangsa, kota dan setiap pemimpin-pemimpin yang ada. Setelah itu jari manis, jari yang sulit untuk kita angkat, jari ini melambangkan setiap orang yang berbeban berat dan mengalami masalah ataupun musibah, “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” Yesaya 61:1-3. Baru terakhir kita berdoa buat jari kelingking yaitu diri kita sendiri. Jangan fokuskan doa kita untuk diri kita tetapi biarlah diri kita menjadi prioritas terakhir di dalam setiap doa kita.
3.       Bisikan Roh atau Kepekaan Lebih
Selain berdiam diri dan berdoa, kepekaan kita akan sesuatu juga akan menentukan setiap kita untuk mengalami hadirat Tuhan. Terus tinggal di dalam hadirat Tuhan agar setiap kita mengalami kepenuhan Allah di dalam hidup kita.

Senin, 15 Februari 2016

Peran Seorang Anak



Banyak orang tua yang berhasil dalam hidupnya tetapi keberhasilan itu tidak dapat diteruskan oleh anak-anaknya. Sebagai seorang anak kita harus seperti Yesus yang melakukan apa yang BapanNya lakukan dan melanjutkan apa yang Bapa sudah rencanakan dari semula.  “Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.” Lukas 15:11. Ada seseorang ‘Antropos’ memiliki arti sesuatu yang dapat dipisahkan. Seperti halnya dalam Matius 10:35, “Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,” Sesuatu yang dapat dipisahkan inilah yang terjadi di dunia ini. Hubungan anak dan bapak rusak yang menyebabkan janji-janji Allah tidak dapat diterima generasi yang ada. Dalam Lukas 5:11-17 kita akan melihat penyebab-penyebab mengapa hubungan anak dan bapak tidak dapat disatukan.
1.       Tidak Memiliki Kata-Kata Sopan
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.” Lukas 15:12. Kata yang bungsu ‘epo’ memiliki arti anak bungsu ini bukan hanya sekedar berkata tetapi ia memerintah, menyuruh dan memaksa bapanya untuk memberikan bagiannya. Sebagai seorang bapa yang baik, tidak perlu seorang anak harus memerintah bapanya tetapi bapa yang baik jauh lebih tau apa yang terbaik buat anaknya. Kalau bapa dunia saja tahu pemberian yang terbaik apa lagi Bapa kita yang di surga. Bapa di surga tidak hanya sekedar tahu tetapi memberikan apa yang lebih dari apa yang kita minta dan doakan. Sikap anak bungsu ini tidak sopan kepada bapanya sehingga arti ayah ‘pater’ dalam ayat 12a dan 12b yang merupakan pengagas kehidupan, perencana, dan juga seorang pencetus kehilangan fungsi karena sikap anak yang tidak sopan dalam berkata-kata dengan ayahnya, sehingga hubungan bapa dan anak menjadi terputus. Terkadang setiap kita juga sering berbicara tidak sopan dengan ayah dan ibu kita, bahkan setiap kita terkadang menyuruh Tuhan untuk mengabulkan doa-doa kita. Ingat Orang tua kita tahu yang terbaik buat kita dan bahkan Bapa disurga tahu lebih dalam lagi segala kebutuhan kita.
2.       Hidup Selalu Menuntut Imbalan
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas 15:12. Anak bungsu tersebut berkata berikanlah ‘didomi’ harta miliknya, si anak meminta imbalan kepada bapanya. Imbalan adalah sesuatu yang diberikan kepada orang yang telah melakukan jasa kepada orang lain, imbalan biasanya digunakan untuk karyawan sedangkan untuk anak tidak ada imbalan tetapi warisan. Seorang anak yang selalu meminta imbalan atau balas jasa dari bapanya tidak mencerminkan peran dari seorang anak. Begitu juga hubungan kita dengan keluarga kita dan juga Bapa di surga, terkadang kita mau melakukan apa yang baik karena kita mau menuntut imbalan serta berkat dari Tuhan. Seperti apapun keadaan kita, saat kita jadi anak yang baik warisan itu akan menjadi bagian kita.
3.       Hidup yang Selalu Diwarnai Ego dan Membangun Harga Diri
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas 15:12. Anak bungsu menuntut haknya ‘epibalo’. Epibalo memiliki arti menambal, saat seorang anak selalu ingin menuntut haknya, berarti anak itu ingin mempertahankan ego dan harga dirinya. Terkadang apa yang kita lakukan dalam hidup kita hanya untuk membangun harga diri kita dihadapan orang lain. Sesuatu yang ditambalkan tidak akan bertahan lama. Begitu juga saat kita menambal harga diri kita, hal itu seperti menambal ban dalam motor yang bocor, tidak lama setelah itu pasti akan bocor lagi. Ganti ban itu dengan yang baru bukan dengan cara menambal bagian yang bocor itu. Si bungsu menambal harga dirinya dengan kekayaan bagiannya dan akhirnya semua kekayaannya habis dan kemalangan ia terima. Jangan selalu hidup untuk ego kita, apapun kekurangan serta kelemahan kita jangan tambala tau tutup-tutupi itu, sadari kejadian kita dahsyat dan ajaib dan pekerjaan Tuhan selalu ajaib di dalam hidup kita.
“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.” Lukas 15:13. Anak bungsu memboroskaqn harta yang ia miliki, kata memboroskan ‘diaskorpiso’ memiliki varti hidup seperti kalajengking. Kalajengking selalu hidup di dalam kegelapan, orang boros hidupnya hanya untuk ego dan hargadirinya di mata orang lain. Orang yang boros hidup di dalam kegelapan dan tidak bisa membedakan mana sesuatu yang berguna mana yang tidak, ia juga tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Gigitan kalajengking juga bisa mengaburkan pandangan orang, orang yang boros biasanya tidak memiliki pandangan ke depan karena ia kabur melihat masa depan. Orang boros hanya hidup mementingkan diri sendiri. Gigitan kalajengking juga bisa membuat kulit mati rasa, demikian juga hidup orang yang boros pasti mati rasa dengan teguran-teguran orang sekelilingnya. Selain itu juga orang boros juga biasanya hidup dalam perselingkuhan. Orang yang jauh dari bapanya tidak ada jaminan dalam hidupnya dan hidupnya tidak lebih terjamin dari hidup babi (ayat 16).
Tetapi kabar baiknya adalah tidak ada sesuatu yang tidak dapat disembuhkan oleh Allah. Saat bapa memeluk sibungsu maka disaat itu jugalah ada pemulihan, demikian juga saat kita sudah jauh dari Tuhan, datanglah kedekapan Allah dan rasakan pemulihan di dalam kehidupan kita. Seorang Bapa memiliki peran yang sangat penting di dalam sebuah keluarga. Jadilah bapa-bapa yang baik dan anak-anak yang dengar-dengaran dengan bapanya, anak-anak yang memiliki kata-kata sopan, anak-anak yang tidak selalu menuntut imbalan dan anak-anak yang tidak mementingkan egonya sendiri. “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” Lukas 15:17. Sibungsu sadar dengan keadaannya, ia sadar ia punya kapasitas dan martabat saat ia bersama bapanya. “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” Lukas 15:24. Si bungsu ‘nekros’ hidup kembali. Sibungsu mengalami ‘heuresko’ kembali menemukan jati dirinya dan memperoleh berkat yang kekal.

Mempersiapkan Hati Untuk Meraih Kepenuhan Allah



Saat berbicara soal kepenuhan Allah, kita juga akan berbicara tentang wadah yang harus disiapkan karena untuk menerima sesuatu yang besar kita harus menyiapkan wadah yang besar. Tempat yang Allah mau adalah hati kita. Allah mau agar kita mempersiapkan hati kita untuk menerima kepenuhan Allah. Hati adalah sesuatu di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan manusia. Marilah setiap kita mengoreksi hati kita, apakah kita siap untuk menerima kepenuhan Allah atau belum? “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Amsal 4:23. Mengapa kita harus menjaga hati kita? Karena hati adalah pusat kehidupan dan tempat kediaman roh. Hati menentukan hidup dan mati seseorang. Hati memang ada di dalam tubuh manusia tetapi hati erat dengan apa yang terjadi di luar tubuh. Karena apa yang masuk dan diterima dari luar itulah yang akan dikelolah oleh hati kita. Bagaimana kita harus menjaga hati agar kepenuhan Allah terjadi di dalam hidup kita? Ada empat hal yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan hati kita bagar kepenuhan Allah terjadi di dalam kita.
1.       Jaga Telinga
“Karena itu harus lebih teliti kita memperhatikan apa yang telah kita dengar, supaya kita jangan hanyut dibawa arus.” Ibrani 2:1. Hati kita dipengaruhi oleh apa yang kita dengar. Hati bisa kesal, bisa kecewa karena apa yang kita dengar. Jangan mendengar sembarangan dan selektiflah dalam hal mendengar. Saring setiap informasi yang kita dengar karena kita tidak bisa mengahalangi orang untuk berbicara sesuatu kepada setiap kita, tetapi kita bisa menyaring setiap informasi yang kita dengar. Jangan fokus dengan apa yang kita dengar karena hal itu bisa mempengaruhi hidup setiap kita saat apa yang kita dengar adalah sesuatu yang buruk. “Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus.” Roma 10:17. Oleh sebab itu, isi telinga kita dengan kabar-kabar baik tentang Firman Tuhan. “Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” Yesaya 50:4b. Hubungan pribadi seseorang dengan Tuhan yang menjadi tuntunan hidup kita agar kita terus kuat di dalam menjalani hidup kita. Kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi tetapi kita bisa merespon dengan baik apa yang sudah terjadi. “Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” 1 Samuel 15:22. Mendengar Firman Tuhan adalah hal yang baik di mata Tuhan. Di tengah kesibukan kita adakah waktu untuk kita diam dan mendengarkan Firman Tuhan?
2.       Jaga Mata
“Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” Matius 6:22-23. Jaga apa yang kita lihat. Hati-hati menggunakan mata kita karena tidak sedikit orang yang jatuh ke dalam dosa karena mata. Raja Daud jatuh ke dalam dosa perzinahan karena tidak menjaga mata. Jangan fokus dengan mata rohani kita tetapi lebih banyak gunakan mata rohani dalam hidup ini. “Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." Yohanes 4:35-38. Lihatlah segala sesuatu dengan mata rohani kita. Saat kita bisa melihat dengan mata rohani kita maka kita bisa jadi berkat dimana kita ada. Saat Daud menghadapi Goliath, Daud melihat dengan mata imannya. Demikian juga dalam hidup kita, apapun masalah dan pergumulan hidup kita, gunakan mata iman kita.
3.       Jaga Pikiran
“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24. Mintalah Allah menyelidiki dan menguji pikiran kita. Pikiran kita adalah medan perang antara keinginan baik dan keinginan jahat. “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Kolose 3:1-4. Pikirkan perkara-perkara yang ada di atas. Pikirkan apa yang Tuhan pikirkan dan bukan memikirkan perkara-perkara yang sementara. “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” Filipi 4:8-9.  Pikirkan hal-hal yang baik di dalam hidup kita.
4.       Jaga Pergaulan
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.” 1 Korintus 15:33. Jagalah pergaulan hidup kita. Saat kita bergaul dengan orang-orang yang tidak benar, sedikit banyaknya kita pasti akan terpengaruh. “padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: "Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka." Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.” 1 Raja-Raja 11:2. Miliki komunitas yang benar untuk mengalami kepenuhan Allah. “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Mazmur 1:1-3. Hindari Nasihat orang-orang fasik dan jalan-jalan orang berdosa.  Untuk mengalami kepenuhan Allah siapkanlah hati kita dengan cara menjaga telinga, menjaga mata, menjaga pikiran dan menjaga pergaulan kita.

Selasa, 09 Februari 2016

Keluarga Allah



                Orang yang mengalami kepenuhan Allah akan melakukan segala sesuatu lebih dari apa yang ia tahu. “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita,” Efesus 3:20. Saat orang kepenuhan Allah maka ia akan mengerjakan sesuatu sesuai dengan keinginan Allah bukan keinginannya sendiri. Begitu juga dalam kehidupan keluarga, saat setiap keluarga memiliki pola Keluarga Allah maka berkat Tuhan akan tercurah dalam keluarga tersebut. “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa,” Efesus 3:14. Rasul Paulus sujud kepada Allah untuk memahami dan mengerti sesuatu yang melebihi apa yang ia pikirkan dan mengerjakan sesuatu diluar apa yang ia pikirkan dengan iman. Saat kita mengerjakan segala sesuatu diluar apa yang kita pikirkan, maka kita akan mendapat lebih dari apa yang kita doakan. Ada tiga kebenaran yang akan kita pelajari agar setiap kita mengalami kepenuhan Allah di dalam keluarga kita dan keluarga kita memiliki pola keluarga Allah.
1.       Peran Allah Bapa
Bapa memiliki peran sebagai perencana dan pencetus segala sesuatu. Di dalam kehidupan rumah tangga peran seorang kepala keluarga sangat penting, fungsi suami/bapa adalah memberi gagasan, merencanakan sesuatu, mengambil keputusan, bertanggung jawab dalam keluarga dan hidup dalam perencanaan. Tugas Bapa harus ada di dalam setiap keluarga Kristen. Seseorang akan berhasil di dalam pekerjaan dan setiap aspek kehidupannya saat ia memiliki sebuah rencana. Begitu juga di dalam sebuah keluarga.
“Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.” Matius 7:24. Seorang suami/bapa harus menjadi orang yang bijaksana dalam keluarga. Seorang yang bijak memiliki rencana yang kuat. Tidak hanya sebuah rencana tetapi seorang suami/bapa harus juga punya solusi-solusi di tengah-tengah keluarganya. Untuk jadi suami/bapa yang baik perlu adanya proses. Saat seorang laki-laki menikah, ia tidak langsung mendapat sebutan bapa tetapi seorang laki-laki bisa disebut bapa saat ia melahirkan seorang anak dan dari mulut anak itu terdengar panggilan papa. Jadilah suami/bapa yang memiiki fungsi seperti Allah Bapa yang memiliki rencana yang tepat buat keluarganya.
2.       Peran Allah Roh Kudus
“Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu,” Efesus 3:16. Peran Allah Roh Kudus adalah menguatkan dan meneguhkan. Demikian juga istri-istri, tugas istri adalah meneguhkan suaminya. Istri /ibu memiliki tugas yang penting di tengah-tengah keluarganya. Jujur atau tidaknya seorang anak dipengaruhi oleh ibunya. Begitu juga dengan kepandaian anak. Seorang istri/ibu harus takut akan Allah agar anak-anak yang dilahirkan dan dibimbing punya rasa takut akan Allah. Istri/Ibu adalah penolong dalam kehidupan keluarga.
“Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun.” Efesus 4:1. Demikian juga Roh Kudus membawa Yesus ke padang gurun dan menguatkan Yesus saat dicobai dipadang gurun. Roh kudus melatih Yesus agar tidak menggunakan otoritas dengan kebutuhan Lukas 4:1-13. Seorang ibu tidak berbicara tentang otoritas tetapi seorang ibu akan membekali anak dengan sifat hati yang benar. Peran ibu adalah melatih anak untuk menjadi anak yang benar.
3.       Peran Allah Anak
Tugas Yesus adalah melaksanakan rencana Bapa di Surga. Yesus berkata kepada orang-orang bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan Hukum Taurat tetapi Yesus datang untuk menggenapi Hukum Taurat. Yesus datang ke dunia adalah rencana Bapa. Sebagai seorang anak kita harus dengar-dengaran dengan orang tua. Peran anak adalah pelaksana kehendak  bapanya. Yesus tidak mengutamakan kehendakNya tetapi Yesus tahu bahwa kehendak Bapa adalah yang terbaik. Yesus adalah figure anak yang luar biasa yang bisa jadi teladan buat setiap kita anak-anak. Belajarlah dari Yesus agar setiap kita berhasil. Yesus datang bukan karena kehendaknya tetapi kehendak BapaNya, Yesus datang untuk memuliakan BapaNya. Nyaris hilang anak-anak seperti Yesus, karena setiap anak banyak yang tidak mau seperti bapanya. Belajarlah jadi anak yang hormat dengan orang tua. Kalau kita ingin punya masa depan hormatilah kedua orang tua kita.