Senin, 22 Februari 2016

Hadirat Allah



Segala sesuatu diciptakan Allah dan segala sesuatu ada untuk kemuliaan Allah. Allah bisa melakukan segala sesuatu tetapi satu hal saja yang tidak bisa dilakukan Tuhan Allah yaitu menyembah dirinya sendiri.  Oleh sebab itu Allah mencari penyembah dan pemuji yang benar. “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Mazmur 22:4. Allah bersemayam di atas puji-pujian umatnya. Lewat puji-pujian yang kita naikan di hadapan Tuhan mujizat bisa terjadi. Selain bertahta di atas puji-pujian, Yesaya mengatakan bahwa Allah bersemayam di hati-hati yang hancur dan rapuh. “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” Yesaya 57:15.
                Hadirat Allah sangat dasyat dan membuat setiap kita tidak tahan untuk berdiri. “Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan, sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” 2 Tawarikh 5:13-14. Saat hadirat Allah turun setiap imam-imam tidak tahan berdiri dan tersungkur di hadapan Allah. Saat hidup kita benar dan kita tinggal dalam kekudusan, kita bisa menghadirkan hadirat Allah lewat setiap pujian dan penyembahan kita.
                Allah kita adalah Allah yang Maha Hadir. “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.” Mazmur 139:6-10. Kita tidak bisa lari dari hadirat Tuhan. Karena Tuhan kita maha hadir di segala tempat. Ingat dimanapun kita berada disitu ada Tuhan. Perhatikan sikap kita dan biarkan Tuhan mendapati kita sempurna dimanapun kita berada.
                Allah juga hadir dimana ada dua tiga orang berkumpul di dalam namaNya. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." Matius 18:20. Dua tiga orang ini berbicara juga tentang sebuah keluarga dimana terdapat suami, istri dan anak. Allah akan hadir di tengah-tengah keluarga saat ada kesatuan antara keluarga. Iblis mulai merusak hubungan  keluarga-keluarga Kristen hari-hari ini, oleh sebab itu jaga keluarga kita dan usahakan ada pemulihan yang terjadi di tengah-tengah keluarga kita. Kehadiran Allah juga dinyatakan secara umum seperti kisah tiang awan dan tiang api yang menyertai bangsa Israel. Saat tiang awan atau tiang api bergerak maka berjalanlah bangsa Israel tetapi saat tiang itu berhenti, berhentilah mereka. Tiang awan dan tiang api adalah lambang hadirat Tuhan yang menyertai bangsa Israel. Hal seperti itu pun bisa terjadi di tengah-tengah keluarga kita dan di dalam kehidupan kita. Bagaimana kita bisa mengalami hadirat Tuhan, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan:
1.       Berdiam Diri
“"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela” Mazmur 46:11-12. Agar kita mengalami hadirat Tuhan dalam hidup kita, berdiam dirilah ditengah-tengah kesibukan kita. “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” 1 Petrus 4:7. Berdiam dirilah dan datanglah kehadirat Tuhan agar kita mengalami hadirat Tuhan.
2.       Berbicara di Dalam Doa
Setelah berdiam diri, berbicaralah di dalam doa kepada Tuhan. Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dan Tuhan. Tidak hanya kita saja yang aktif berbicara tetapi ada waktunya kita diam untuk mendengar suara Tuhan. Berdoalah jangan fokus kepada diri sendiri. Seperti halnya genggaman tangan. Saat kita menggenggam tangan, ibu jarilah yang dekat dengan kita, ibu jari mengingatkan kita untuk berdoa kepada orang-orang yang dekat dengan kita yaitu keluarga kita. Jadi pertama berdoa buat keluarga kita, setelah itu jari telunjuk, jari telunjuk berbicara tentang guru-guru dan pengajar yang ada. Baik itu guru-guru yang telah berjasa kepada kita maupun hamba-hamaba Tuhan yang mengajarkan kita kebenaran rohani kita. Setelah itu jari tengah, jari tengah berbicara tentang otoritas tertinggi yaitu pemimpin rohani kita, gembala dan hamba-hamba Tuhan yang lain dan juga pemimpin-pemimpin bangsa, kota dan setiap pemimpin-pemimpin yang ada. Setelah itu jari manis, jari yang sulit untuk kita angkat, jari ini melambangkan setiap orang yang berbeban berat dan mengalami masalah ataupun musibah, “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar, supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” Yesaya 61:1-3. Baru terakhir kita berdoa buat jari kelingking yaitu diri kita sendiri. Jangan fokuskan doa kita untuk diri kita tetapi biarlah diri kita menjadi prioritas terakhir di dalam setiap doa kita.
3.       Bisikan Roh atau Kepekaan Lebih
Selain berdiam diri dan berdoa, kepekaan kita akan sesuatu juga akan menentukan setiap kita untuk mengalami hadirat Tuhan. Terus tinggal di dalam hadirat Tuhan agar setiap kita mengalami kepenuhan Allah di dalam hidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar