Banyak orang tua yang berhasil dalam hidupnya
tetapi keberhasilan itu tidak dapat diteruskan oleh anak-anaknya. Sebagai
seorang anak kita harus seperti Yesus yang melakukan apa yang BapanNya lakukan
dan melanjutkan apa yang Bapa sudah rencanakan dari semula. “Yesus berkata lagi: "Ada seorang
mempunyai dua anak laki-laki.” Lukas 15:11. Ada seseorang ‘Antropos’ memiliki
arti sesuatu yang dapat dipisahkan. Seperti halnya dalam Matius 10:35, “Sebab
Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya,
menantu perempuan dari ibu mertuanya,” Sesuatu yang dapat dipisahkan inilah
yang terjadi di dunia ini. Hubungan anak dan bapak rusak yang menyebabkan
janji-janji Allah tidak dapat diterima generasi yang ada. Dalam Lukas 5:11-17
kita akan melihat penyebab-penyebab mengapa hubungan anak dan bapak tidak dapat
disatukan.
1. Tidak Memiliki Kata-Kata Sopan
“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa,
berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya
membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.” Lukas 15:12. Kata yang
bungsu ‘epo’ memiliki arti anak bungsu ini bukan hanya sekedar berkata tetapi
ia memerintah, menyuruh dan memaksa bapanya untuk memberikan bagiannya. Sebagai
seorang bapa yang baik, tidak perlu seorang anak harus memerintah bapanya
tetapi bapa yang baik jauh lebih tau apa yang terbaik buat anaknya. Kalau bapa
dunia saja tahu pemberian yang terbaik apa lagi Bapa kita yang di surga. Bapa
di surga tidak hanya sekedar tahu tetapi memberikan apa yang lebih dari apa
yang kita minta dan doakan. Sikap anak bungsu ini tidak sopan kepada bapanya
sehingga arti ayah ‘pater’ dalam ayat 12a dan 12b yang merupakan pengagas
kehidupan, perencana, dan juga seorang pencetus kehilangan fungsi karena sikap
anak yang tidak sopan dalam berkata-kata dengan ayahnya, sehingga hubungan bapa
dan anak menjadi terputus. Terkadang setiap kita juga sering berbicara tidak
sopan dengan ayah dan ibu kita, bahkan setiap kita terkadang menyuruh Tuhan
untuk mengabulkan doa-doa kita. Ingat Orang tua kita tahu yang terbaik buat
kita dan bahkan Bapa disurga tahu lebih dalam lagi segala kebutuhan kita.
2. Hidup Selalu Menuntut Imbalan
“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa,
berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas
15:12. Anak bungsu tersebut berkata berikanlah ‘didomi’ harta miliknya, si anak
meminta imbalan kepada bapanya. Imbalan adalah sesuatu yang diberikan kepada
orang yang telah melakukan jasa kepada orang lain, imbalan biasanya digunakan
untuk karyawan sedangkan untuk anak tidak ada imbalan tetapi warisan. Seorang
anak yang selalu meminta imbalan atau balas jasa dari bapanya tidak
mencerminkan peran dari seorang anak. Begitu juga hubungan kita dengan keluarga
kita dan juga Bapa di surga, terkadang kita mau melakukan apa yang baik karena
kita mau menuntut imbalan serta berkat dari Tuhan. Seperti apapun keadaan kita,
saat kita jadi anak yang baik warisan itu akan menjadi bagian kita.
3. Hidup yang Selalu Diwarnai Ego dan Membangun
Harga Diri
“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa,
berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas
15:12. Anak bungsu menuntut haknya ‘epibalo’. Epibalo memiliki arti menambal,
saat seorang anak selalu ingin menuntut haknya, berarti anak itu ingin mempertahankan
ego dan harga dirinya. Terkadang apa yang kita lakukan dalam hidup kita hanya
untuk membangun harga diri kita dihadapan orang lain. Sesuatu yang ditambalkan
tidak akan bertahan lama. Begitu juga saat kita menambal harga diri kita, hal
itu seperti menambal ban dalam motor yang bocor, tidak lama setelah itu pasti
akan bocor lagi. Ganti ban itu dengan yang baru bukan dengan cara menambal
bagian yang bocor itu. Si bungsu menambal harga dirinya dengan kekayaan
bagiannya dan akhirnya semua kekayaannya habis dan kemalangan ia terima. Jangan
selalu hidup untuk ego kita, apapun kekurangan serta kelemahan kita jangan
tambala tau tutup-tutupi itu, sadari kejadian kita dahsyat dan ajaib dan
pekerjaan Tuhan selalu ajaib di dalam hidup kita.
“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu
menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia
memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.” Lukas 15:13. Anak
bungsu memboroskaqn harta yang ia miliki, kata memboroskan ‘diaskorpiso’
memiliki varti hidup seperti kalajengking. Kalajengking selalu hidup di dalam
kegelapan, orang boros hidupnya hanya untuk ego dan hargadirinya di mata orang
lain. Orang yang boros hidup di dalam kegelapan dan tidak bisa membedakan mana
sesuatu yang berguna mana yang tidak, ia juga tidak bisa membedakan mana yang
benar dan mana yang salah. Gigitan kalajengking juga bisa mengaburkan pandangan
orang, orang yang boros biasanya tidak memiliki pandangan ke depan karena ia
kabur melihat masa depan. Orang boros hanya hidup mementingkan diri sendiri.
Gigitan kalajengking juga bisa membuat kulit mati rasa, demikian juga hidup
orang yang boros pasti mati rasa dengan teguran-teguran orang sekelilingnya.
Selain itu juga orang boros juga biasanya hidup dalam perselingkuhan. Orang
yang jauh dari bapanya tidak ada jaminan dalam hidupnya dan hidupnya tidak
lebih terjamin dari hidup babi (ayat 16).
Tetapi kabar baiknya adalah tidak ada
sesuatu yang tidak dapat disembuhkan oleh Allah. Saat bapa memeluk sibungsu
maka disaat itu jugalah ada pemulihan, demikian juga saat kita sudah jauh dari
Tuhan, datanglah kedekapan Allah dan rasakan pemulihan di dalam kehidupan kita.
Seorang Bapa memiliki peran yang sangat penting di dalam sebuah keluarga.
Jadilah bapa-bapa yang baik dan anak-anak yang dengar-dengaran dengan bapanya,
anak-anak yang memiliki kata-kata sopan, anak-anak yang tidak selalu menuntut
imbalan dan anak-anak yang tidak mementingkan egonya sendiri. “Lalu ia
menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang
berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” Lukas 15:17.
Sibungsu sadar dengan keadaannya, ia sadar ia punya kapasitas dan martabat saat
ia bersama bapanya. “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia
telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” Lukas
15:24. Si bungsu ‘nekros’ hidup kembali. Sibungsu mengalami ‘heuresko’ kembali
menemukan jati dirinya dan memperoleh berkat yang kekal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar