Senin, 15 Februari 2016

Peran Seorang Anak



Banyak orang tua yang berhasil dalam hidupnya tetapi keberhasilan itu tidak dapat diteruskan oleh anak-anaknya. Sebagai seorang anak kita harus seperti Yesus yang melakukan apa yang BapanNya lakukan dan melanjutkan apa yang Bapa sudah rencanakan dari semula.  “Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki.” Lukas 15:11. Ada seseorang ‘Antropos’ memiliki arti sesuatu yang dapat dipisahkan. Seperti halnya dalam Matius 10:35, “Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya,” Sesuatu yang dapat dipisahkan inilah yang terjadi di dunia ini. Hubungan anak dan bapak rusak yang menyebabkan janji-janji Allah tidak dapat diterima generasi yang ada. Dalam Lukas 5:11-17 kita akan melihat penyebab-penyebab mengapa hubungan anak dan bapak tidak dapat disatukan.
1.       Tidak Memiliki Kata-Kata Sopan
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.” Lukas 15:12. Kata yang bungsu ‘epo’ memiliki arti anak bungsu ini bukan hanya sekedar berkata tetapi ia memerintah, menyuruh dan memaksa bapanya untuk memberikan bagiannya. Sebagai seorang bapa yang baik, tidak perlu seorang anak harus memerintah bapanya tetapi bapa yang baik jauh lebih tau apa yang terbaik buat anaknya. Kalau bapa dunia saja tahu pemberian yang terbaik apa lagi Bapa kita yang di surga. Bapa di surga tidak hanya sekedar tahu tetapi memberikan apa yang lebih dari apa yang kita minta dan doakan. Sikap anak bungsu ini tidak sopan kepada bapanya sehingga arti ayah ‘pater’ dalam ayat 12a dan 12b yang merupakan pengagas kehidupan, perencana, dan juga seorang pencetus kehilangan fungsi karena sikap anak yang tidak sopan dalam berkata-kata dengan ayahnya, sehingga hubungan bapa dan anak menjadi terputus. Terkadang setiap kita juga sering berbicara tidak sopan dengan ayah dan ibu kita, bahkan setiap kita terkadang menyuruh Tuhan untuk mengabulkan doa-doa kita. Ingat Orang tua kita tahu yang terbaik buat kita dan bahkan Bapa disurga tahu lebih dalam lagi segala kebutuhan kita.
2.       Hidup Selalu Menuntut Imbalan
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas 15:12. Anak bungsu tersebut berkata berikanlah ‘didomi’ harta miliknya, si anak meminta imbalan kepada bapanya. Imbalan adalah sesuatu yang diberikan kepada orang yang telah melakukan jasa kepada orang lain, imbalan biasanya digunakan untuk karyawan sedangkan untuk anak tidak ada imbalan tetapi warisan. Seorang anak yang selalu meminta imbalan atau balas jasa dari bapanya tidak mencerminkan peran dari seorang anak. Begitu juga hubungan kita dengan keluarga kita dan juga Bapa di surga, terkadang kita mau melakukan apa yang baik karena kita mau menuntut imbalan serta berkat dari Tuhan. Seperti apapun keadaan kita, saat kita jadi anak yang baik warisan itu akan menjadi bagian kita.
3.       Hidup yang Selalu Diwarnai Ego dan Membangun Harga Diri
Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. … “ Lukas 15:12. Anak bungsu menuntut haknya ‘epibalo’. Epibalo memiliki arti menambal, saat seorang anak selalu ingin menuntut haknya, berarti anak itu ingin mempertahankan ego dan harga dirinya. Terkadang apa yang kita lakukan dalam hidup kita hanya untuk membangun harga diri kita dihadapan orang lain. Sesuatu yang ditambalkan tidak akan bertahan lama. Begitu juga saat kita menambal harga diri kita, hal itu seperti menambal ban dalam motor yang bocor, tidak lama setelah itu pasti akan bocor lagi. Ganti ban itu dengan yang baru bukan dengan cara menambal bagian yang bocor itu. Si bungsu menambal harga dirinya dengan kekayaan bagiannya dan akhirnya semua kekayaannya habis dan kemalangan ia terima. Jangan selalu hidup untuk ego kita, apapun kekurangan serta kelemahan kita jangan tambala tau tutup-tutupi itu, sadari kejadian kita dahsyat dan ajaib dan pekerjaan Tuhan selalu ajaib di dalam hidup kita.
“Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.” Lukas 15:13. Anak bungsu memboroskaqn harta yang ia miliki, kata memboroskan ‘diaskorpiso’ memiliki varti hidup seperti kalajengking. Kalajengking selalu hidup di dalam kegelapan, orang boros hidupnya hanya untuk ego dan hargadirinya di mata orang lain. Orang yang boros hidup di dalam kegelapan dan tidak bisa membedakan mana sesuatu yang berguna mana yang tidak, ia juga tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Gigitan kalajengking juga bisa mengaburkan pandangan orang, orang yang boros biasanya tidak memiliki pandangan ke depan karena ia kabur melihat masa depan. Orang boros hanya hidup mementingkan diri sendiri. Gigitan kalajengking juga bisa membuat kulit mati rasa, demikian juga hidup orang yang boros pasti mati rasa dengan teguran-teguran orang sekelilingnya. Selain itu juga orang boros juga biasanya hidup dalam perselingkuhan. Orang yang jauh dari bapanya tidak ada jaminan dalam hidupnya dan hidupnya tidak lebih terjamin dari hidup babi (ayat 16).
Tetapi kabar baiknya adalah tidak ada sesuatu yang tidak dapat disembuhkan oleh Allah. Saat bapa memeluk sibungsu maka disaat itu jugalah ada pemulihan, demikian juga saat kita sudah jauh dari Tuhan, datanglah kedekapan Allah dan rasakan pemulihan di dalam kehidupan kita. Seorang Bapa memiliki peran yang sangat penting di dalam sebuah keluarga. Jadilah bapa-bapa yang baik dan anak-anak yang dengar-dengaran dengan bapanya, anak-anak yang memiliki kata-kata sopan, anak-anak yang tidak selalu menuntut imbalan dan anak-anak yang tidak mementingkan egonya sendiri. “Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.” Lukas 15:17. Sibungsu sadar dengan keadaannya, ia sadar ia punya kapasitas dan martabat saat ia bersama bapanya. “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.” Lukas 15:24. Si bungsu ‘nekros’ hidup kembali. Sibungsu mengalami ‘heuresko’ kembali menemukan jati dirinya dan memperoleh berkat yang kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar