Kematian
Yesus membuka jalan antara manusia dengan Allah yang lama telah terputus dan
juga jalan antara manusia dengan sesamanya untuk bersatu. Dari awal, Tuhan
menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Tetapi di zaman-zaman terakhir ini
manusia banyak yang mementingkan diri mereka sendiri. Banyak orang yang sibuk
dengan kepentingan sendiri dan mengabaikan lingkungan sosialnya.
Amsal
27:5,6,17 “Lebih baik teguran yang
nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan
maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Besi
menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Dalam kitab Amsal ditulis
manusia menajamkan manusia. Manusia adalah sumber masalah bagi sesamanya.
Setiap masalah yang kita alami pasti ada hubungannya dengan sesama kita,
mungkin salah paham atau masalah yang lain. Karena ada dunia sosial maka hal itu
menyebabkan gesekan antara sesama manusia. Pertengkaran yang timbul disekitar
kita terjadi karena kesalahpahaman antara sesama manusia. Ada juga beberapa
orang yang berpikir untuk mengasingkan diri dari dunia luar agar tidak
mengalami gesekan. Tetapi ingatlah Tuhan menciptakan setiap kita untuk
bersosial dengan sekitar.
Kisah
menara Babel dalam Kejadian 11:1-9. Tuhan membuat kacau balau bahasa manusia.
Kesalahpahaman ada karena Tuhan mengacaukan bahasa umat manusia. Tidak hanya
bahasa tetapi Tuhan juga membuat kacau balau bahasa, logat dan pola pikir
mereka. Kekuatan terbesar manusia adalah kesatuan ‘unity’. Tuhan melihat hal
ini adalah sesuatu yang tidak baik, saat manusia memiliki kekuatan yang besar
kecenderungan manusia adalah ingin sama dengan Tuhan. Manusia cenderung
berpikir jahat karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Kejadian 11 menceritakan
kita bahwa manusia ingin membuat kota yang tinggi dan diam disitu agar tidak
terserak ke seluruh bumi. “Juga kata
mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara
yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan
terserak ke seluruh bumi." Kejadian 11:4. Tuhan mencerai beraikan manusia
karena manusia ingin menyamai Tuhan dan manusia telah menentang perintah Allah.
Allah berfirman kepada manusia untuk beranak cucu dan penuhi bumi tetapi orang-orang
Babel ingin bersatu di menara Babel agar keturunan mereka tidak terserak. Tuhan
punya rencana yang indah buat setiap manusia, walau Tuhan membuat umat manusia
tercerai berai pada masa babel tetapi dalam perjanjian baru Tuhan menyatukan
kembali lewat kematian Yesus Kristus. “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus
kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua
pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,” Efesus
2:13-14. Kita satu dengan Allah dan sesama tidak bisa kita lakukan dengan cara
manusia tetapi lewat caranya Tuhan yaitu dengan pengorbanan Yesus.
“Besi menajamkan besi, orang menajamkan
sesamanya.” Amsal 27:17. Besi yang tumpul tidak ada gunanya. Oleh sebab
itu besi yang mulai tumpul harus kita pertajam kembali. Demikian juga hidup
manusia. Besi bisa tumpul karena dipakai terus menerus atau didiamkan dan tidak
dipakai. Besi harus dipakai terus dan jangan lupa untuk menajamkannya kembali.
Begitu juga hidup manusia, saat kita melayani Tuhan terus menerus jangan lupa
untuk kita menajamkan hidup kita. Melayani bukan berarti terbatas dengan
pelayanan gereja, tetapi melayani berbicara tentang apa yang kita lakukan buat
sekitar kita untuk Tuhan. Apa yang kita lakukan di keluarga kita, apa yang kita
lakukan di tempat kerja kita dan apa yang kita lakukan ditempat kita menuntut
ilmu dan tempat-tempat lainnya. Jika kita sibuk dengan pelayanan kita
dikeluiarga, sibuk bekerja, sibuk dengan study kita dan sibuk dengan pelayanan
digereja kita tapi kita lupa menjamkannya maka hidup kita bisa menjadi tumpul
dan tak berguna. Besi yang tumpul selain tidak ada gunanya juga bisa merusak.
Begitu halnya dengan hidup kita. Bagaimana
kita bisa menajamkan hidup kita? “Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh
beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25. Datang ke Tuhan
dan isi kembali hidup kita dengan setiap perkataan Tuhan dan minta Roh Kudus
untuk terus mempertajam hidup kita.
Seperti
dalam Amsal 27:17, orang menajamkan sesamanya. Kata sesama dalam ayat ini
memakai kata ‘rea’ yang berarti orang terdekat. Siapa orang terdekat, mereka
bisa keluarga, gereja kita dan komunitas kita. Mereka bisa membentuk kita dan
menguatkan kita dan mereka juga bisa bergesekan dengan kita. Tetapi justru
lewat itu kita dipertajamkan oleh Tuhan. Saat kita tumpul ada keluarga yang
mengingatkan kita, ada komunitas komitas sel yang ada di gereja yang bisa
menguatkan kita dan menegur kita saat kita salah. Selain lupa mengasah hidup
kita dengan persekutuan kita dengan Tuhan, hidup kita bisa tumpul karena
dosa-dosa yang ada pada diri kita. Dosa seperti karat yang bisa merusak besi.
Yesus datang untuk menyelamatkan kita dan Roh kudus dicurahkan untuk
menguduskan hidup setiap kita. Proses pengudusan oleh Roh Kudus tidak terjadi
secara instan tetapi ada proses yang harus dilewati. Proses seperti apa,
seperti gesekan kita dengan sesama kita. Lewat gesekan itu kita bisa tahu apa
yang kurang dari setiap kita. Jangan melihat kritikan orang kepada kita sebagai
sesuatu yang negatif tetapi lihatlah kritikan orang sebagai saran buat setiap
kita untuk lebih baik lagi. Saat kita bisa mengubah pola pikir kita saat ada
orang yang suka kritik kita maka perlahan demi perlahan hidup kita akan
dipertajam oleh Tuhan. Dengar apa yang orang katakana dengan kita dan perbaiki
hidup kita agar setiap kita sempurna dan kudus dihadapan Tuhan. Saat besi itu
tajam, besi itu akan bebas dari karat dan besi itu akan bersinar ke sekitarnya.
Dan biarlah sinar yang ada dalam hidup kita yang sudah dipertajamkan sesama
kita merefleksikan Kristus di dalam hidup kita.
Gesekan
ada untuk menajamkan kita. Apapun gesekan yang ada semua tergantung dengan
respon kita. Jika kita lari dari gesekan yang ada maka hidup kita tidak akan
pernah tajam dan bersinar sehingga tidak ada refleksi Kristus dalam hidup kita.
Apapun gesekan yang ada di keluarga kita, di gereja kita, di tempat kerja kita,
di tempat kita belajar dan kuliah, jangan lari dari itu semua. “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari
pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi
seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” Amsal 27:5-6. Kebanyakan apa
yang dikatakan orang yang membenci kita adalah lebih jujur dari kata sahabat
kita. Apapun kata orang-orang yang mengkritik kita, anggaplah kritik itu
menjadi saran buat setiap kita. Karena musuh kita akan mencari
kesalahan-kesalahn kita yang bahkan sahabat kita tidak tahu untuk menjatuhkan
kita, tetapi berterima kasihlah kepada mereka jika mereka memberitahukan apa
kesalahan kita. Karena dari mereka kita tahu kesalahan kita dan kita tahu apa
yang harus kita perbaiki dalam hidup kita. Jadi sempurna seperti Yesus perlu
proses, kita bisa menjadi sempurna dengan cara menghilangkan karat yang ada di
dalam hidup kita. Kita bisa tahu karat dalam hidup kita dari musuh kita, musuh
kita adalah orang yang berperan menunjukan karat dalam hidup kita. Jangan benci
dan akar pahit dengan mereka. Ampuni mereka karena lewat mereka kita tahu
kesalahn kita. Ingatlah kalau gesekan ada agar setiap kita sempurna seperti
Kristus sehingga hidup kita merefleksikan Yesus di hidup kita. Orang yang marah
terjadi karena respon yang salah terhadap gesekan yang ada. Kita adalah mahkluk
sosial, Tuhan mati dikayu salib untuk memulihkan hidup kita dan memperbaiki
hubungan kiita dengan Tuhan Allah dan sesama. Kita hidup pasti ada proses dan
gesekan, tetapi semua tergantung dari respon kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar