Minggu, 18 Oktober 2015

Manusia Menajamkan Sesamanya

Kematian Yesus membuka jalan antara manusia dengan Allah yang lama telah terputus dan juga jalan antara manusia dengan sesamanya untuk bersatu. Dari awal, Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Tetapi di zaman-zaman terakhir ini manusia banyak yang mementingkan diri mereka sendiri. Banyak orang yang sibuk dengan kepentingan sendiri dan mengabaikan lingkungan sosialnya.
Amsal 27:5,6,17 “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Dalam kitab Amsal ditulis manusia menajamkan manusia. Manusia adalah sumber masalah bagi sesamanya. Setiap masalah yang kita alami pasti ada hubungannya dengan sesama kita, mungkin salah paham atau masalah yang lain.  Karena ada dunia sosial maka hal itu menyebabkan gesekan antara sesama manusia. Pertengkaran yang timbul disekitar kita terjadi karena kesalahpahaman antara sesama manusia. Ada juga beberapa orang yang berpikir untuk mengasingkan diri dari dunia luar agar tidak mengalami gesekan. Tetapi ingatlah Tuhan menciptakan setiap kita untuk bersosial dengan sekitar.
Kisah menara Babel dalam Kejadian 11:1-9. Tuhan membuat kacau balau bahasa manusia. Kesalahpahaman ada karena Tuhan mengacaukan bahasa umat manusia. Tidak hanya bahasa tetapi Tuhan juga membuat kacau balau bahasa, logat dan pola pikir mereka. Kekuatan terbesar manusia adalah kesatuan ‘unity’. Tuhan melihat hal ini adalah sesuatu yang tidak baik, saat manusia memiliki kekuatan yang besar kecenderungan manusia adalah ingin sama dengan Tuhan. Manusia cenderung berpikir jahat karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Kejadian 11 menceritakan kita bahwa manusia ingin membuat kota yang tinggi dan diam disitu agar tidak terserak ke seluruh bumi. “Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi." Kejadian 11:4. Tuhan mencerai beraikan manusia karena manusia ingin menyamai Tuhan dan manusia telah menentang perintah Allah. Allah berfirman kepada manusia untuk beranak cucu dan penuhi bumi tetapi orang-orang Babel ingin bersatu di menara Babel agar keturunan mereka tidak terserak. Tuhan punya rencana yang indah buat setiap manusia, walau Tuhan membuat umat manusia tercerai berai pada masa babel tetapi dalam perjanjian baru Tuhan menyatukan kembali lewat kematian Yesus Kristus. “Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,” Efesus 2:13-14. Kita satu dengan Allah dan sesama tidak bisa kita lakukan dengan cara manusia tetapi lewat caranya Tuhan yaitu dengan pengorbanan Yesus.
Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Amsal 27:17. Besi yang tumpul tidak ada gunanya. Oleh sebab itu besi yang mulai tumpul harus kita pertajam kembali. Demikian juga hidup manusia. Besi bisa tumpul karena dipakai terus menerus atau didiamkan dan tidak dipakai. Besi harus dipakai terus dan jangan lupa untuk menajamkannya kembali. Begitu juga hidup manusia, saat kita melayani Tuhan terus menerus jangan lupa untuk kita menajamkan hidup kita. Melayani bukan berarti terbatas dengan pelayanan gereja, tetapi melayani berbicara tentang apa yang kita lakukan buat sekitar kita untuk Tuhan. Apa yang kita lakukan di keluarga kita, apa yang kita lakukan di tempat kerja kita dan apa yang kita lakukan ditempat kita menuntut ilmu dan tempat-tempat lainnya. Jika kita sibuk dengan pelayanan kita dikeluiarga, sibuk bekerja, sibuk dengan study kita dan sibuk dengan pelayanan digereja kita tapi kita lupa menjamkannya maka hidup kita bisa menjadi tumpul dan tak berguna. Besi yang tumpul selain tidak ada gunanya juga bisa merusak. Begitu halnya dengan hidup kita.  Bagaimana kita bisa menajamkan hidup kita? “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” Ibrani 10:25. Datang ke Tuhan dan isi kembali hidup kita dengan setiap perkataan Tuhan dan minta Roh Kudus untuk terus mempertajam hidup kita.
Seperti dalam Amsal 27:17, orang menajamkan sesamanya. Kata sesama dalam ayat ini memakai kata ‘rea’ yang berarti orang terdekat. Siapa orang terdekat, mereka bisa keluarga, gereja kita dan komunitas kita. Mereka bisa membentuk kita dan menguatkan kita dan mereka juga bisa bergesekan dengan kita. Tetapi justru lewat itu kita dipertajamkan oleh Tuhan. Saat kita tumpul ada keluarga yang mengingatkan kita, ada komunitas komitas sel yang ada di gereja yang bisa menguatkan kita dan menegur kita saat kita salah. Selain lupa mengasah hidup kita dengan persekutuan kita dengan Tuhan, hidup kita bisa tumpul karena dosa-dosa yang ada pada diri kita. Dosa seperti karat yang bisa merusak besi. Yesus datang untuk menyelamatkan kita dan Roh kudus dicurahkan untuk menguduskan hidup setiap kita. Proses pengudusan oleh Roh Kudus tidak terjadi secara instan tetapi ada proses yang harus dilewati. Proses seperti apa, seperti gesekan kita dengan sesama kita. Lewat gesekan itu kita bisa tahu apa yang kurang dari setiap kita. Jangan melihat kritikan orang kepada kita sebagai sesuatu yang negatif tetapi lihatlah kritikan orang sebagai saran buat setiap kita untuk lebih baik lagi. Saat kita bisa mengubah pola pikir kita saat ada orang yang suka kritik kita maka perlahan demi perlahan hidup kita akan dipertajam oleh Tuhan. Dengar apa yang orang katakana dengan kita dan perbaiki hidup kita agar setiap kita sempurna dan kudus dihadapan Tuhan. Saat besi itu tajam, besi itu akan bebas dari karat dan besi itu akan bersinar ke sekitarnya. Dan biarlah sinar yang ada dalam hidup kita yang sudah dipertajamkan sesama kita merefleksikan Kristus di dalam hidup kita.

Gesekan ada untuk menajamkan kita. Apapun gesekan yang ada semua tergantung dengan respon kita. Jika kita lari dari gesekan yang ada maka hidup kita tidak akan pernah tajam dan bersinar sehingga tidak ada refleksi Kristus dalam hidup kita. Apapun gesekan yang ada di keluarga kita, di gereja kita, di tempat kerja kita, di tempat kita belajar dan kuliah, jangan lari dari itu semua. “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” Amsal 27:5-6. Kebanyakan apa yang dikatakan orang yang membenci kita adalah lebih jujur dari kata sahabat kita. Apapun kata orang-orang yang mengkritik kita, anggaplah kritik itu menjadi saran buat setiap kita. Karena musuh kita akan mencari kesalahan-kesalahn kita yang bahkan sahabat kita tidak tahu untuk menjatuhkan kita, tetapi berterima kasihlah kepada mereka jika mereka memberitahukan apa kesalahan kita. Karena dari mereka kita tahu kesalahan kita dan kita tahu apa yang harus kita perbaiki dalam hidup kita. Jadi sempurna seperti Yesus perlu proses, kita bisa menjadi sempurna dengan cara menghilangkan karat yang ada di dalam hidup kita. Kita bisa tahu karat dalam hidup kita dari musuh kita, musuh kita adalah orang yang berperan menunjukan karat dalam hidup kita. Jangan benci dan akar pahit dengan mereka. Ampuni mereka karena lewat mereka kita tahu kesalahn kita. Ingatlah kalau gesekan ada agar setiap kita sempurna seperti Kristus sehingga hidup kita merefleksikan Yesus di hidup kita. Orang yang marah terjadi karena respon yang salah terhadap gesekan yang ada. Kita adalah mahkluk sosial, Tuhan mati dikayu salib untuk memulihkan hidup kita dan memperbaiki hubungan kiita dengan Tuhan Allah dan sesama. Kita hidup pasti ada proses dan gesekan, tetapi semua tergantung dari respon kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar