Untuk seseorang berhasil dalam hidupnya, perlu yang
namanya iman, begitu juga dalam mengatasi masalah dan pergumulan hidup. Kita
butuh iman yang kuat untuk berhasil dalam hidup dan kuat serta mampu mengatasi
masalah kita. Jangan harap kita berhasil tanpa iman, jangan berharap kita mampu
mengatasi masalah tanpa iman.
“Berdasarkan
kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di
antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang
patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu
menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu
masing-masing.” Roma 12:3. Kata ukuran dalam nats ini memakai kata ‘metron’
yang memiliki arti ukuran yang tidak terbatas yang Tuhan beri sesuai dengan
tubuh Kristus. Kita harus tahu posisi kita dalam tubuh Kristus. Saat kita tahu
posisi kita maka ukuran iman yang tidak terbatas itu akan kita miliki.
Kenalilah siapa diri kita! Kaki akan maksimal jika digunakan untuk berjalan,
mulut akan maksimal jika digunakan untuk bicara, begitu juga dengan hidup kita.
Hidup kita akan maksimal dan kita memiliki ukuran iman yang tidak terbatas saat
kita kenal siapa kita.
Sebuah kisah seorang peternak ayam di Jiangso
mengalami kerugian besar karena ayam-ayam di peternakan tersebut mati setelah
seorang anak kecil menagis dengan kerasnya. Selain itu, kebiasaan di Pulau
Solomon yang selalu meneriaki pohon besar yang akan ditumbangkan, ketika pohon
itu diteriaki dengan kata-kata yang negatif pohon itu lama kelamaan layu dan
mati sehingga mudah untuk di tumbangkan. Dua kejadian tersebut membuktikan
bahwa mulut kita memiliki kuasa. Tuhan sudah meletakan dasar-dasar yang kuat di
mulut bayi-bayi. Demikian juga halnya dengan perkataan kita. Perkataan seorang
anak Tuhan yang memiliki iman akan mendatangkan mujizat. Miliki iman dalam
hidup kita dan jadilah orang yang beriman. Siapakah yang disebut orang beriman?
1. Mengetahui Siapa Jati Diri Kita
“Karena iman maka Musa, setelah dewasa,
menolak disebut anak puteri Firaun,” Ibrani 11:24. Kita disebut orang beriman
saat kita tahu siapa diri kita. Walaupun Musa tinggal di dalam istana, Musa
menolak disebut anak Puteri Firaun karena ia mengetahui siapa jati dirinya.
Temukan jati diri kita dihadapan Tuhan. Saat kita mengetahui jati diri kita
maka kita akan tahu di tempat mana kita harus berdiri. Kalau kita tidak
mengetahui jati diri kita, kita tidak akan mencapai tujuan hidup kita. Temukan
jati diri kita agar kita memiliki iman yang terbatas dalam hidup kita. Jadilah
diri kamu sendiri maka engkau akan menjadi besar. Kita tidak bisa menghilangkan
jati diri kita dalam hidup kita.
“Lagi aku melihat di bawah matahari
bahwa kemenangan perlombaan bukan untuk yang cepat, dan keunggulan perjuangan
bukan untuk yang kuat, juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan bukan
untuk yang cerdas, dan karunia bukan untuk yang cerdik cendekia, karena waktu
dan nasib dialami mereka semua.” Pengkhobah 9:11. Kemenangan suatu perlombaan
bukan untuk yang cepat, demikian juga hidup manusia, keberhasilan seseorang
tidak ditentukan dari kehebatan,
kekuatan, kekayaan atau kepintaran. Seorang Jokowi bisa menjadi seorang
pemimpin Negara bukan karena ia orang terpandai di Indonesia, atau pun orang
yang paling hebat, tidak hanya memiliki kapasitas, integritas dan kapabilitas
tetapi seorang Jokowi memiliki Elektabilitas yang bisa membuat ia menjadi
seorang Presiden. Elektabilitas adalah sesuatu yang bisa diterima di tengah
masyarakat umum. Begitu juga halnya dengan setiap kita manusia, jika Tuhan
tidak memilih kita maka siapakah kita. Tetapi perlu kita ketahui bahwa Allah
sendiri yang memilih kita dan kita adalah anak-anak Allah.
2. Tidak Pernah Takut Dengan Masa Lampau
“Karena iman maka ia telah meninggalkan
Mesir dengan tidak takut akan murka raja. Ia bertahan sama seperti ia melihat
apa yang tidak kelihatan.” Ibrani 11:27. Musa melihat apa yang tidak tampak, ia
melihat janji dan pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Orang yang memiliki iman
tidak pernah takut dengan masa lampau, karena orang yang beriman bisa melihat
harapan disetiap jalan hidupnya.
Kalau kita disebut orang beriman, jangan
lihat masa lalu kita tetapi tataplah masa depan yang penuh harapan. Jangan
takut, ‘pobeo’ agar setiap kita bisa mencapai tujuan hidup kita. Apapun masalah
kita, jangan takut dan teruslah bergerak dan jangan pernah mundur karena trauma
masa lalu kita. Masa lalu bialah berlalu, tataplah masa depan kita yang indah
di dalam Tuhan. Musa terus berjalan karena ia tahu siapa dirinya dan ia tidak
takut untuk gagal dalam menjalani hidupnya.
3. Tidak Takut Dihina dan Diejek
“Karena iman maka mereka telah melintasi
Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering, sedangkan orang-orang Mesir
tenggelam, ketika mereka mencobanya juga.” Ibrani 11:29. Iman bukan untuk orang
yang coba-coba. Orang yang beriman adalah orang yang ‘peira’ orang yang tidak
takut dihina dan diejek. Teruslah maju walau kita mendapat ejekan atau hinaan
dari sekitar. Seberapa besar iman kita, sebesar itu juga ejekan dan hinaan yang
akan kita terima. Bangsa Israel terus berlari walau bangsa Mesir mengejek
mereka karena di depan mereka ada laut Merah yang menghalangi langkah kaki
mereka. Begitulah ciri orang yang memiliki iman dalam hidupnya.
Kisah Nuh yang membangun Bahtera
merupakan contoh seorang beriman yang terus melangkah walau mendapat ejekan dan
hinaan dari sekitar. Orang yang dekat dengan Tuhan, biasanya melakukan hal-hal
yang tidak lazim dilakukan orang disekitarnya. Karena saat seseorang dekat
dengan Tuhan, Tuhan memberitahukan hal-hal yang rahasia di dalam hidupnya.
4. Memperhatikan Generasi Masa Datang
“Karena iman maka ia mengadakan Paskah
dan pemercikan darah, supaya pembinasa anak-anak sulung jangan menyentuh
mereka.” Ibrani 11:28. Orang yang beriman adalah orang-orang yang memperhatikan
generasi masa datang. Bukti orang yang beriman adalah senang menjaga
lingkungannya. Jadilah orang yang beriman untuk generasi masa datang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar