Hari-hari ini dunia sedang mengalami krisis
diberbagai aspek kehidupan. Kesulitan terjadi dimana-mana dan terjadi disetiap
kalangan masyarakat. Saat mengikut Tuhan, Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup
tanpa kesulitan, Tuhan menjanjikan sebuah penyertaan yang sempurna dalam hidup
kita. Krisis boleh saja datang di dalam hidup kita tetapi semua tergantung
dengan respon kita. Lihatlah segala persoalan dengan sudut pandang Allah. Saat
kita melihat dari sudut pandang Allah maka setiap kita pasti melihat jalan
keluar dari setiap masalah kita. Allah punya sudut pandang sendiri terhadap
masalah kita. Apapun kemampuan yang kita punya, tundukan semuanya dihadapan
Tuhan. Ada tiga situasi darurat yang terjadi dalam 1 Raja-Raja 17:1-24, kita
akan belajar dari Nabi Elia dan Janda Sarfat bagaimana respon kita saat
siatuasi darurat terjadi pada kita.
1. Ancaman (1 Raja-Raja 17:1-6)
“Lalu
berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan
yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau
hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." 1 Raja-Raja 17:1. Tidak
pernah dijelaskan latar belakang Nabi Elia di pasal-pasal sebelumnya, di ayat
ini dijelaskan Nabi Elia datang ke Raja Ahab dan menyatakan suatu pernyataan
yang berani dan ekstrim dari Tuhan kepada seorang Raja Ahab. Saat mendengar
pernyataan Elia tersebut, Raja marah dan mau membunuh Nabi Elia. “Kemudian
datanglah firman TUHAN kepadanya: "Pergilah dari sini, berjalanlah ke
timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.”
1 Raja-Raja 17:2-3.
Ada ancaman yang
Nabi Elia dapat dari Raja Ahab. Ancaman adalah sesuatu yang bisa membuat kita
cemas, kuatir di dalam hidup kita. Seperti halnya krisis yang terjadi hari-hari
ini. Firman Tuhan kepada Nabi Elia adalah bersembunyi di sungai Kerit, sebuah
sungai yang kecil. Sungai Kerit disini berbicara tentang tempat pengasingan,
suatu tempat untuk berdiam diri. Saat ada ancaman datang, datanglah kepada
Tuhan dan berdiam dirilah untuk berdoa. Saat Nabi Elia bersembunyi disungai
Kerit, Tuhan tarsus memelihara kehidupan Elia dengan cara mengirim makanan
lewat burung-burung gagak setiap hari. Padahal kita tahu bahwa burung gagak
adalah burung pemakan daging, tetapi burung itu mengantarkan daging dan roti kepada
Elia setiap hari. Demikian juga hidup
kita, saat Tuhan suruh kita datang dan berdiam diri, pasti ada penyertaan Tuhan
yang terus Ia beri buat setiap kita. Penyertaan yang luar biasa dan tidak
terduga-duga buat setiap kita. Tuhan ingin dua-duaan dengan kita.
Realita ekonomi
yang terjadi belakangan ini adalah suatu ancaman buat setiap kita. Apakah yang
harus kita lakkukan sebagai orang percaya? Apakah kita seperti Elia yang duduk
tenang di hadapan Tuhan dan mengijinkan Allah melakukan rencana-Nya. Saat kita
mencoba menyelesaikan dengan kekuatan sendiri, maka ada suatu waktu apa yang
kita andalkan tidak bisa menolong setiap kita. Datanglah kepada Tuhan dan
berserulah kepada Tuhan.
2. Kelaparan dan Kekurangan (1 Raja-Raja 17:7-16)
Setelah Nabi Elia bersembunyi di sungai Kerit
dan sungai Kerit mulai kering karena tidak ada turun hujan. “Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:
"Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di
sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau
makan." 1 Raja-Raja 17:7-8. Elia pergi ke Sarfat dan bertemu dengan
seorang janda Sarfat yang miskin dan hidup dengan anaknya. Janda itu mengalami
kelaparan dan kekurangan persediaan makanan karena kekeringan sudah terjadi di
negeri itu.
Berbicara
kelaparan adalah suatu hal yang berbicara tentang kebutuhan primer setiap kita.
Kisah Elia yang meminta sedikit air dalam kendi dan sepotong roti kepada janda
Sarfat ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan pekerjaan Tuhan terlebih
dahulu. Saat kelaparan dan kekurangan terjadi, setiap manusia akan berfikir
untuk mengelolah keuangan sehemat mungkin agar semua kebutuhan tercukupkan.
Itulah teori yang dunia punya dalam keadaan kekurangan. Tetapi Firman Tuihan
mengajarkan untuk memberi terlebih dahulu pekerjaan Tuhan. Hal ini membalik
logika kita. Tetapi saat kita memprioritaskan memberi untuk pekerjaan Tuhan,
maka kita akan mengalami mujizat Allah dalam hidup kita seperti yang di alami
janda Sarfat ini.
Menabur untuk
pekerjaan Tuhan terlebih dahulu adalah hukum tabur tuai, siapa menabur ia akan
menuai. “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia
mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.” Kejadian 26:12.
Dikisahkan Ishak yang menabur ditengah kelaparan yang terjadi pada masa itu.
Tetapi saat Ishak berani menabur ia makin diberkati Tuhan, kian lama kian kaya.
Hal ini bicara tentang tindakan iman, inilah hukum ekonominya Tuhan. Tanggalkan
logika kita dan tundukanlah di bawah otoritas Allah. Menabur dalam Firman Tuhan
ada dua hal, pertama secara kuantitas “…Orang yang menabur sedikit, akan menuai
sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” 2
Korintus 9:6. Dan yang kedua secara kualitas “Sebab barangsiapa menabur dalam
dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur
dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Galatia 6:8. Menabur
tidak hanya dilihat dari uang, tetapi bisa perkataan atau ucapan kita. Taburlah
sesuatu yang positif dalam hidup kita pasti kita akan menuai yang positif.
3. Kematian dan Kehilangan (1 Raja-Raja 17:17-24)
Apa respon kita saat mengalami kehilangan?
Perempuan ini hanya hidup dengan seorang anak saja. Bagi janda ini anaknya
adalah masa depannya karena ia adalah anak satu-satunya. Janda ini sedih,
begitu juga dengan Nabi Elia yang sudah mereka jamu di rumahnya. Tetapi Elia
memiliki respon yang benar. Saat anak itu meninggal ia membawa anak itu naik ke
kamarnya atas dan berdoa kepada Tuhan meminta mujizat.
Berdoalah sampai doamu dijawab oleh Tuhan.
Pray until something happen, berdoalah sampai sesuatu terjadi. Saat meminta
hujan Elia berseru kepada Tuhan tujuh kali sampai ia melihat tanda-tanda akan
hujan di atas gunung. Begitu juga dalam kiisah ini, Elia terus berdoa sampai
anak ini hidup kembali. Hal ini bicara soal ketekunan dan kesabaran. Jangan
jemu-jemu dan putus-putus untuk berdoa. Seperti halnya orang yang menebang
pohon, ia akan mengayuhkan kapaknya ke pohon yang akan ditumbangkan sampai
pohon itu tumbang. Demikian juga halnya dengan doa. "Mintalah,
maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka
pintu akan dibukakan bagimu.” Matius 7:7.
Apapaun hal yang mengancam
kita hari-hari ini, datanglah kepada Tuhan. Apapun kekurangan kita yang kita
alami hari-hari ini, berilah prioritas terlebih dahulu kepada Tuhan. Saat kita
mengalami kehilangan, datanglah kepada Tuhan dan berserulah sampai Tuhan
menjawab doa kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar