Minggu, 08 November 2015

Bertindak Tepat Dalam Situasi Darurat



Hari-hari ini dunia sedang mengalami krisis diberbagai aspek kehidupan. Kesulitan terjadi dimana-mana dan terjadi disetiap kalangan masyarakat. Saat mengikut Tuhan, Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup tanpa kesulitan, Tuhan menjanjikan sebuah penyertaan yang sempurna dalam hidup kita. Krisis boleh saja datang di dalam hidup kita tetapi semua tergantung dengan respon kita. Lihatlah segala persoalan dengan sudut pandang Allah. Saat kita melihat dari sudut pandang Allah maka setiap kita pasti melihat jalan keluar dari setiap masalah kita. Allah punya sudut pandang sendiri terhadap masalah kita. Apapun kemampuan yang kita punya, tundukan semuanya dihadapan Tuhan. Ada tiga situasi darurat yang terjadi dalam 1 Raja-Raja 17:1-24, kita akan belajar dari Nabi Elia dan Janda Sarfat bagaimana respon kita saat siatuasi darurat terjadi pada kita.
1.       Ancaman (1 Raja-Raja 17:1-6)
Lalu berkatalah Elia, orang Tisbe, dari Tisbe-Gilead, kepada Ahab: "Demi Tuhan yang hidup, Allah Israel, yang kulayani, sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan." 1 Raja-Raja 17:1. Tidak pernah dijelaskan latar belakang Nabi Elia di pasal-pasal sebelumnya, di ayat ini dijelaskan Nabi Elia datang ke Raja Ahab dan menyatakan suatu pernyataan yang berani dan ekstrim dari Tuhan kepada seorang Raja Ahab. Saat mendengar pernyataan Elia tersebut, Raja marah dan mau membunuh Nabi Elia. “Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya: "Pergilah dari sini, berjalanlah ke timur dan bersembunyilah di tepi sungai Kerit di sebelah timur sungai Yordan.” 1 Raja-Raja 17:2-3.
Ada ancaman yang Nabi Elia dapat dari Raja Ahab. Ancaman adalah sesuatu yang bisa membuat kita cemas, kuatir di dalam hidup kita. Seperti halnya krisis yang terjadi hari-hari ini. Firman Tuhan kepada Nabi Elia adalah bersembunyi di sungai Kerit, sebuah sungai yang kecil. Sungai Kerit disini berbicara tentang tempat pengasingan, suatu tempat untuk berdiam diri. Saat ada ancaman datang, datanglah kepada Tuhan dan berdiam dirilah untuk berdoa. Saat Nabi Elia bersembunyi disungai Kerit, Tuhan tarsus memelihara kehidupan Elia dengan cara mengirim makanan lewat burung-burung gagak setiap hari. Padahal kita tahu bahwa burung gagak adalah burung pemakan daging, tetapi burung itu mengantarkan daging dan roti kepada Elia setiap hari.  Demikian juga hidup kita, saat Tuhan suruh kita datang dan berdiam diri, pasti ada penyertaan Tuhan yang terus Ia beri buat setiap kita. Penyertaan yang luar biasa dan tidak terduga-duga buat setiap kita. Tuhan ingin dua-duaan dengan kita.
Realita ekonomi yang terjadi belakangan ini adalah suatu ancaman buat setiap kita. Apakah yang harus kita lakkukan sebagai orang percaya? Apakah kita seperti Elia yang duduk tenang di hadapan Tuhan dan mengijinkan Allah melakukan rencana-Nya. Saat kita mencoba menyelesaikan dengan kekuatan sendiri, maka ada suatu waktu apa yang kita andalkan tidak bisa menolong setiap kita. Datanglah kepada Tuhan dan berserulah kepada Tuhan.
2.       Kelaparan dan Kekurangan (1 Raja-Raja 17:7-16)
Setelah Nabi Elia bersembunyi di sungai Kerit dan sungai Kerit mulai kering karena tidak ada turun hujan. “Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia: "Bersiaplah, pergi ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan." 1 Raja-Raja 17:7-8. Elia pergi ke Sarfat dan bertemu dengan seorang janda Sarfat yang miskin dan hidup dengan anaknya. Janda itu mengalami kelaparan dan kekurangan persediaan makanan karena kekeringan sudah terjadi di negeri itu.
Berbicara kelaparan adalah suatu hal yang berbicara tentang kebutuhan primer setiap kita. Kisah Elia yang meminta sedikit air dalam kendi dan sepotong roti kepada janda Sarfat ini mengajarkan kita untuk memprioritaskan pekerjaan Tuhan terlebih dahulu. Saat kelaparan dan kekurangan terjadi, setiap manusia akan berfikir untuk mengelolah keuangan sehemat mungkin agar semua kebutuhan tercukupkan. Itulah teori yang dunia punya dalam keadaan kekurangan. Tetapi Firman Tuihan mengajarkan untuk memberi terlebih dahulu pekerjaan Tuhan. Hal ini membalik logika kita. Tetapi saat kita memprioritaskan memberi untuk pekerjaan Tuhan, maka kita akan mengalami mujizat Allah dalam hidup kita seperti yang di alami janda Sarfat ini.
Menabur untuk pekerjaan Tuhan terlebih dahulu adalah hukum tabur tuai, siapa menabur ia akan menuai. “Maka menaburlah Ishak di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat; sebab ia diberkati TUHAN.” Kejadian 26:12. Dikisahkan Ishak yang menabur ditengah kelaparan yang terjadi pada masa itu. Tetapi saat Ishak berani menabur ia makin diberkati Tuhan, kian lama kian kaya. Hal ini bicara tentang tindakan iman, inilah hukum ekonominya Tuhan. Tanggalkan logika kita dan tundukanlah di bawah otoritas Allah. Menabur dalam Firman Tuhan ada dua hal, pertama secara kuantitas “…Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” 2 Korintus 9:6. Dan yang kedua secara kualitas “Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” Galatia 6:8. Menabur tidak hanya dilihat dari uang, tetapi bisa perkataan atau ucapan kita. Taburlah sesuatu yang positif dalam hidup kita pasti kita akan menuai yang positif.
3.       Kematian dan Kehilangan (1 Raja-Raja 17:17-24)
Apa respon kita saat mengalami kehilangan? Perempuan ini hanya hidup dengan seorang anak saja. Bagi janda ini anaknya adalah masa depannya karena ia adalah anak satu-satunya. Janda ini sedih, begitu juga dengan Nabi Elia yang sudah mereka jamu di rumahnya. Tetapi Elia memiliki respon yang benar. Saat anak itu meninggal ia membawa anak itu naik ke kamarnya atas dan berdoa kepada Tuhan meminta mujizat.
Berdoalah sampai doamu dijawab oleh Tuhan. Pray until something happen, berdoalah sampai sesuatu terjadi. Saat meminta hujan Elia berseru kepada Tuhan tujuh kali sampai ia melihat tanda-tanda akan hujan di atas gunung. Begitu juga dalam kiisah ini, Elia terus berdoa sampai anak ini hidup kembali. Hal ini bicara soal ketekunan dan kesabaran. Jangan jemu-jemu dan putus-putus untuk berdoa. Seperti halnya orang yang menebang pohon, ia akan mengayuhkan kapaknya ke pohon yang akan ditumbangkan sampai pohon itu tumbang. Demikian juga halnya dengan doa.  "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Matius 7:7.
Apapaun hal yang mengancam kita hari-hari ini, datanglah kepada Tuhan. Apapun kekurangan kita yang kita alami hari-hari ini, berilah prioritas terlebih dahulu kepada Tuhan. Saat kita mengalami kehilangan, datanglah kepada Tuhan dan berserulah sampai Tuhan menjawab doa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar