“Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa
banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di
sini mati kelaparan.” Lukas 15:17. Dalam nats tersebut anak bungsu berada dalam
suatu titik dimana ia baru menyadari ia memiliki seorang bapa yang berlimpah
makanan di rumah bapanya. Setiap kita mungkin sering mengalami keadaan seperti
anak bungsu. Keluar dari rumah dan teringat kembali kepada Bapa di Surga saat
kita berada dalam kondisi yang menyedihkan. Ada waktunya setiap kita dalam
keadaan paling rendah tetapi ingatlah kita punya Bapa yang baik, sehingga saat
kita dekat dengan-Nya kita akan diangkat oleh-Nya. Sudahkah kita mengalami
janji-janji Tuhan hari-hari ini? Khotbah demi khotbah mungkin sudah sering kita
dengar di dalam gereja tetapi terkadang kita belum menerima janji Tuhan.
Sadarilah keadaan kita dan miliki kemauan untuk menikmati janji Tuhan. Masa
depan yang penuh harapan sudah Tuhan beri buat setiap kita. Ada sesuatu yang
besar yang Tuhan sediakan buat setiap kita, temukan masa depan kita dan
bangkitlah! “Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya:
Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,” Lukas 15:18.
Dalam Yohanes pasalnya yang ke 5, dikisahkan tentang
seorang lumpuh yang 38 tahun mengalami kelumpuhan di dekat kolam Betesda.
Betesda adalah pusat kesembuhan tetapi ironis sekali seorang lumpuh ini
menderita lumpuh selama 38 tahun di tengah-tengah pusat kesembuhan. Tetapi saat
Yesus datang, Yesus menyuruh orang ini bangkit dan berjalan sehingga ia pun
sembuh dari sakit lumpuhnya. Begitu juga dalam hidup kita, kita tahu bahwa
Tuhan telah menyiapkan hari depan yang penuh harapan buat setiap kita, jadi
sadarilah dan bangkitlah di dalam Tuhan. Kita harus hidup di dalam berkat
Tuhan. Dengan cara apa? Dengan cara bangkit seperti orang lumpuh tersebut.
Kita adalah anak-anak Tuhan. Pegang identitas itu
dimana pun kita berada. Seperti halnya anak bungsu yang menyadari keadaannya
dan kembali ke rumah bapanya. Identitas dan budaya kita makin hari makin
dikikis oleh perkembangan zaman. Jangan sampai identitas kita diubah oleh zaman
ini. Kita adalah anak-anak Tuhan, kita adalah biji mata Tuhan dan kita adalah
umat kesayanagn Tuhan. Sadari itu semua dan bangkitlah. Saat seorang anak
meminta kepada bapanya pasti bapa akan memberikan yang terbaik buat anak
tersebut. Begitu juga dengan Bapa di surga, ia akan memberi yang terbaik buat
setiap kita. Ia akan memberikan kepada kita apa yang kita perlukan di dalam
hidup kita. Yakinlah saat kita datang dan meminta sesuatu kepada Bapa,
yakinilah Bapa akan berkata “Ya” kepada setiap permintaan kita. Kita punya bapa
yang siap membela setiap kita. Jangan sampai kita kehilangan identitas dalam
hidup kita. Teladani Yesus saat Ia dicobai oleh iblis.
Selain kita harus sadar dan bangkit di dalam Tuhan.
Yang jadi pertanyaan buat setiap kita adalah apakah kita masih di dalam rumah
atau kita berada di luar rumah Bapa seperti kisah anak bungsu tersebut. Ada tiga hal yang bisa
membuat kita berada di luar seperti kisah dalam Lukas 15:
1. Mencintai Berkat Tuhan
“Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa,
berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya
membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka.” Lukas 15:12. Siapakah
yang kita cintai dalam hidup kita. Kita cinta Tuhan atau kita mencintai berkat
Tuhan. “Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu
mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu
telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Yohanes 6:26. Orang-orang mengikut
Tuhan karena dikenyangkan oleh mujizat Tuhan. Banyak orang mengikut Tuhan bukan
karena ia percaya kepada Tuhan tetapi mereka mengikut Tuhan karena perbuatan,
mujizat serta berkat Tuhan yang mereka terima saat mereka ikut Tuhan. Merek
ikut Tuhan karena mereka minta lebih kepada Tuhan. Cintai Tuhan bukan mencintai
berkat Tuhan. Cintai Tuhan lebih dari segalanya, emas perak dan permata tiada
artinya jika kita memiliki hati yang mencintai Tuhan. Miliki kedewasaan di
dalam Tuhan dan kasihi Tuhan setulus hati kita bukan karena kita mau diberkati.
Bukan Cuma ikatan status tetapi biarlah ada ikatan kasih kita dengan Tuhan.
2. Meragukan Kasih Tuhan
“Aku akan bangkit dan pergi kepada
bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan
terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku
sebagai salah seorang upahan bapa.” Lukas 15:18-19. Anak bungsu ini meragukan
kasih bapanya. Ia berkata bahwa ia tidak layak jadi anak bapanya. Seberapa
besar kesalahan kita saat kita kembali kepada Bapa, yakin dan percayalah bahwa
Bapa di surga tetap menganggap kita sebagai anak-anak-Nya bukan sebagai orang
upahan. Kasih Tuhan sudah teruji di kayu salib. Jangan pernah ragukan kasih
Tuhan. Kasih Tuhan pun tidak hanya berbicara saat kita mendapat hal yang baik
dari Tuhan tetapi saat kita ditegur Tuhan pun itu merupakan kasih Tuhan buat
setiap kita. Begitu juga dalam hidup kita, jika kita mengasihi orang yang kita
kasihi jangan enggan untuk menegurnya saat ia melakukan kesalahan. Siapkan
generasi yang kuat lewat didikan yang benar. Identitas kita adalah anak, maka
seorang anak harus memiliki hati yang mudah ditegur. Kalau kita punya hati yang
mudah ditegur maka kita akan menjadi lebih baik dalam hidup kita. Diam dan
dengarlah teguran dari Allah, jangan banyak membantah dan berargumentasi. Diam
dan temukan cinta Tuhan disetiap apa pun yang Tuhan lakukan.
3. Marah Dengan Tuhan
“Maka marahlah anak sulung itu dan ia
tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia.” Lukas 15:28.
Anak sulung marah saat melihat bapanya membuat jamuan buat adiknya. Tetapi saat
anak sulung marah bapa keluar dan menghampirinya. Beda dengan saat anak bungsu
yang keluar rumah. Bapa tidak mencarinya tetapi anak bungsu itu kembali lagi
kepada bapa. Anak sulung marah dengan cara Tuhan menolong orang lain. Kita
tidak berhak mengatur Tuhan. Tuhan kita berdaulat dan kedaulatan Tuhan
melakukan apapun juga. Yang bisa kita lakukan adalah percaya apapun yang Tuhan
lakukan itu mendatangkan kebaikan buat setiap kita dan memberikan kepada setiap
kita hari depan yang penuh harapan. Banyak orang datang kepada Tuhan dengan
pemahaman yang salah. Miliki pemahaman yang benar dalam hidup setiap kita.
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai
kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan
rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Yeremia 29:11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar