Segala sesuatu diciptakan Allah dan segala sesuatu
ada untuk kemuliaan Allah. Allah bisa melakukan segala sesuatu tetapi satu hal
saja yang tidak bisa dilakukan Tuhan Allah yaitu menyembah dirinya
sendiri. Oleh sebab itu Allah mencari
penyembah dan pemuji yang benar. “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam
di atas puji-pujian orang Israel.” Mazmur 22:4. Allah bersemayam di atas
puji-pujian umatnya. Lewat puji-pujian yang kita naikan di hadapan Tuhan
mujizat bisa terjadi. Selain bertahta di atas puji-pujian, Yesaya mengatakan
bahwa Allah bersemayam di hati-hati yang hancur dan rapuh. “Sebab beginilah
firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan
Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat
kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk
menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati
orang-orang yang remuk.” Yesaya 57:15.
Hadirat
Allah sangat dasyat dan membuat setiap kita tidak tahan untuk berdiri. “Lalu
para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan
suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka
menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji
TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih
setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan,
sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh
karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.” 2 Tawarikh
5:13-14. Saat hadirat Allah turun setiap imam-imam tidak tahan berdiri dan
tersungkur di hadapan Allah. Saat hidup kita benar dan kita tinggal dalam
kekudusan, kita bisa menghadirkan hadirat Allah lewat setiap pujian dan
penyembahan kita.
Allah
kita adalah Allah yang Maha Hadir. “Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu,
terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi
roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit,
Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun
Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung
laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang
aku.” Mazmur 139:6-10. Kita tidak bisa lari dari hadirat Tuhan. Karena Tuhan
kita maha hadir di segala tempat. Ingat dimanapun kita berada disitu ada Tuhan.
Perhatikan sikap kita dan biarkan Tuhan mendapati kita sempurna dimanapun kita
berada.
Allah
juga hadir dimana ada dua tiga orang berkumpul di dalam namaNya. “Sebab di mana
dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah
mereka." Matius 18:20. Dua tiga orang ini berbicara juga tentang sebuah
keluarga dimana terdapat suami, istri dan anak. Allah akan hadir di
tengah-tengah keluarga saat ada kesatuan antara keluarga. Iblis mulai merusak
hubungan keluarga-keluarga Kristen
hari-hari ini, oleh sebab itu jaga keluarga kita dan usahakan ada pemulihan
yang terjadi di tengah-tengah keluarga kita. Kehadiran Allah juga dinyatakan
secara umum seperti kisah tiang awan dan tiang api yang menyertai bangsa
Israel. Saat tiang awan atau tiang api bergerak maka berjalanlah bangsa Israel
tetapi saat tiang itu berhenti, berhentilah mereka. Tiang awan dan tiang api
adalah lambang hadirat Tuhan yang menyertai bangsa Israel. Hal seperti itu pun
bisa terjadi di tengah-tengah keluarga kita dan di dalam kehidupan kita.
Bagaimana kita bisa mengalami hadirat Tuhan, ada tiga hal yang perlu kita perhatikan:
1. Berdiam Diri
“"Diamlah dan ketahuilah, bahwa
Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di
bumi!" TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah
Yakub. Sela” Mazmur 46:11-12. Agar kita mengalami hadirat Tuhan dalam hidup
kita, berdiam dirilah ditengah-tengah kesibukan kita. “Kesudahan segala sesuatu
sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat
berdoa.” 1 Petrus 4:7. Berdiam dirilah dan datanglah kehadirat Tuhan agar kita
mengalami hadirat Tuhan.
2. Berbicara di Dalam Doa
Setelah berdiam diri, berbicaralah di
dalam doa kepada Tuhan. Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dan Tuhan.
Tidak hanya kita saja yang aktif berbicara tetapi ada waktunya kita diam untuk
mendengar suara Tuhan. Berdoalah jangan fokus kepada diri sendiri. Seperti
halnya genggaman tangan. Saat kita menggenggam tangan, ibu jarilah yang dekat
dengan kita, ibu jari mengingatkan kita untuk berdoa kepada orang-orang yang
dekat dengan kita yaitu keluarga kita. Jadi pertama berdoa buat keluarga kita,
setelah itu jari telunjuk, jari telunjuk berbicara tentang guru-guru dan
pengajar yang ada. Baik itu guru-guru yang telah berjasa kepada kita maupun
hamba-hamaba Tuhan yang mengajarkan kita kebenaran rohani kita. Setelah itu
jari tengah, jari tengah berbicara tentang otoritas tertinggi yaitu pemimpin
rohani kita, gembala dan hamba-hamba Tuhan yang lain dan juga pemimpin-pemimpin
bangsa, kota dan setiap pemimpin-pemimpin yang ada. Setelah itu jari manis,
jari yang sulit untuk kita angkat, jari ini melambangkan setiap orang yang
berbeban berat dan mengalami masalah ataupun musibah, “Roh Tuhan ALLAH ada
padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk
menyampaikan kabar baik kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang
yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan
kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan
tahun rahmat TUHAN dan hari pembalasan Allah kita, untuk menghibur semua orang
berkabung, untuk mengaruniakan kepada mereka perhiasan kepala ganti abu, minyak
untuk pesta ganti kain kabung, nyanyian puji-pujian ganti semangat yang pudar,
supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran",
"tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya.” Yesaya 61:1-3.
Baru terakhir kita berdoa buat jari kelingking yaitu diri kita sendiri. Jangan
fokuskan doa kita untuk diri kita tetapi biarlah diri kita menjadi prioritas
terakhir di dalam setiap doa kita.
3. Bisikan Roh atau Kepekaan Lebih
Selain berdiam diri dan berdoa, kepekaan
kita akan sesuatu juga akan menentukan setiap kita untuk mengalami hadirat
Tuhan. Terus tinggal di dalam hadirat Tuhan agar setiap kita mengalami
kepenuhan Allah di dalam hidup kita.