Ada dua hari dalam hidup ini.
Pertama yaitu ‘hari itu’ dan yang kedua yaitu ‘hari ini’. ‘Hari itu’ adalah
hari dimana Yesus Kristus datang untuk menghakimi umat manusia. Di ‘Hari itu’
semua akan dibukakan. Semua yang najis ataupun semua yang tidak berkenan kepada
Allah. Kita hidup bukan untuk ‘numpang’ tapi pada suatu hari kita akan
dihakimi. Oleh karena itu, dalam menjalani hidup ini ingatlah ada ‘hari itu’.
Pada ‘hari itu’ kita tidak bisa ‘nebeng’ pada orang tua kita ataupun orang yang
kita kenal. Tetapi kita bertanggung jawab atas hidup kita masing-masing.
‘Hari ini’ adalah kesempatkan kita
untuk memperbaiki semua tindakan kita sebelum datangnya ‘Hari itu’. Dalam Yesaya,
kesalehan manusia diibaratkan seperti ‘kain kotor’ (kain bekas menstruasi
wanita). Jadi jangan ada orang yang membanggakan diri dengan kebaikan dan
kesalehan mereka. ‘Hari ini’ kita diajar untuk terus menyenangkan hati Tuhan.
Jangan cepat puas dengan setiap kebaikan kita dan teruslah berbuat baik untuk
sekitarmu.
Dalam Roma 12 : 18. Kita diajarkan
untuk menjadi manusia setengah dewa. Dalam cerita-cerita yang ada. Dewa
digambarkan dalam dua hal. Pertama, dewa digambarkan botak, gendut, pendek dan
seolah-olah sulit dijangkau. Kedua, dewa digambarkan berambut panjang dan
dekil. Tetapi dari semua cerita tentang dewa, setiap dewa pasti memiliki
kelebihan/sesuatu yang diunggulkan. Begitu juga halnya dengan hidup kita, dalam
Roma 12 : 18, kita dituntut untuk menjadi manusia setengah dewa. Ada 3 hal yang
perlu kita perhatikan dalam ayat ini;
1. Sedapat-dapatnya
teruslah hidup damai.
Walau sering kita jengkel dengan
lingkungan kita ataupun kita jengkel dengan orang lain, teruslah kita hidup
damai. Marilah kita belajar untuk terus hidup damai dengan sekitar kita. Bagian
kita adalah berbuat damai dan janganlah kita melakukan pembalasan karena Firman
Tuhan berkata “berilah kesempatan untuk murka Allah”. Penghakiman adalah milik
Allah.
2. Jangan
sampai saat ada percek-cokan, kita ditemukan menjadi biang keroknya.
Janganlah pernah terjadi kitalah
penyebab suatu percek-cokan, Janganlah kita permalukan nama Tuhan dengan sikap
kita yang salah. Seperti yang kita ketahui bagian kita adalah pendamainya.
Dalam Matius 5 : 9 dikatakan “berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah”. Percek-cokan biasanya timbul dari iri
hati. Olah karena itu, janganlah iri hati dengan kesuksesan orang disekitarmu.
3. Lakukanlah
segalah upaya untuk menjadi pendamai.
Manusia di dunia ini ada 3 jenis.
Pertama, kalau dia ada atau tidak ada, tidak ada pengaruhnya. Kedua, kalau dia
ada kita berharap tidak ada. Ketiga, Kalau dia tidak ada kita akan mencarinya.
Contoh ketiga inilah orang pembawa damai. Orang pembawa damai harus sebisa
mungkin menutup celah yang ada. Setiap persoalan atau masalah pasti dua pihak
yang menyumbang kesalahan. Tidak ada masalah yang murni ditimbulkan oleh satu
pihak saja. Tetapi bagian kita adalah menjadi orang-orang pembawa damai. Carl
Max pernah mengemukakan pendapat yang mengatakan bahwa agama adalah candu. Saat
ada masalah semua orang pasti ke gereja untuk mendapatkan jawaban. Tetapi buat
setiap kita, tunjukanlah apa yang kita dapat di gereja adalah jamahan Tuhan.
Gereja bukan tempat pelarian kita saat kita ada masalah tapi digereja kita akan
menemukan lawatan dan jamahan Tuhan.
Ringkasan Khotbah
Minggu, 15 April 2012
Pdt. Yohanes Parapat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar